1000 LANTUNAN SHOLAWAT DAN DIALOG KEBANGSAAN
Dalam rangka mengisi HUT yang Ke-73 Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia Pelajar Mahasiswa Islam Indonesia ( PMII ) Cabang Pacitan pada hari Jumat, tanggal 24 Agustus 2018 mengundang Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Pacitan sebagai narasumber kegiatan “ 1000 Lantunan Sholawat dan Dialog Kebangsaan “ di Pondok Kikil Arjosari Pacitan yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman tentang Nilai-nilai Kebangsaan yang bersumber pada 4 ( empat ) konsensus dasar yaitu Pancasila, Undang-undang Dasar 1954, Bhinneka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik Indonesia khususnya bagi Anggota PMII, Pelajar Pondok Kikil Arjosari, masyarakat bangsa dan negara karena seiring berkembangnya zaman, rasa nasionalisme kian memudar. Hal ini dibuktikan dari berbagai sikap dan perilaku dalam memaknai berbagai hal penting bagi Negara Indonesia. Contoh sederhana yang menggambarkan betapa kecilnya rasa nasionalisme, diantaranya :
- Pada saat upacara bendera, masih banyak rakyat yang tidak memaknai arti dari upacara tersebut. Upacara merupakan wadah untuk menghormati dan menghargai para pahlawan yang telah berjuang keras untuk mengambil kemerdekaan dari tangan para penjajah. Para pemuda seakan sibuk dengan pikirannya sendiri, tanpa mengikuti upacara dengan khidmad.
- Lebih tertariknya masyarakat terhadap produk impor dibandingkan dengan produk buatan dalam negeri, lebih banyak mencampurkan bahasa asing dengan bahasa Indonesia untuk meningkatkan gengsi, dan lain-lain.
- Kurangnya kesadaran masyarakat “hanya” untuk memasang bendera di depan rumah, kantor atau pertokoan. Dan bagi yang tidak mengibarkannya mereka punya berbagai macam alasan entah benderanya sudah sobek atau tidak punya tiang bendera, malas , cuaca buruk, dan lain-lain. Mereka mampu membeli sepeda motor baru, baju baru tiap tahun yang harganya ratusan bahkan jutaan tapi mengapa untuk bendera merah putih yang harganya tidak sampai ratusan saja mereka tidak sanggup?
Semua identitas bangsa Indonesia baik itu bendera merah putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya dan lain sebagainya hanyalah merupakan simbol, simbol bahwa negara Indonesia masih berdiri tegak dan mampu mensejajarkan dirinya dengan bangsa lain. Bagaimana kita bias bangga menjadi bangsa ini jika kita malas dan malu memakai atribut bangsa Indonesia ini.